Senin, 17 September 2012
Serangan Jantung Bisa Dilihat dari Rambut
Jangan pernah meremehkan stres, karena kondisi dapat memicu terjadinya serangan jantung. Adalah para peneliti di The University of Western Ontario yang menguak bukti langsung dengan menggunakan biomarker untuk menunjukkan bahwa stres kronis berperan penting terhadap munculnya gangguan kardiovaskular ini.
Sejumlah pemicu stres, seperti masalah pekerjaan, pernikahan hingga finansial memiliki kaitan kuat terhadap peningkatan risiko terkena penyakit kardiovaskular, termasuk serangan jantung. Namun, selama ini belum ada penanda biologis yang dapat mengukur stres kronis.
Dr. Gideon Koren dan Dr. Stan Van Uum berhasil mengembangkan sebuah metode untuk mengukur kadar kortisol di dalam rambut sehingga memberikan penilaian akurat mengenai tingkat stres seseorang pada bulan-bulan sebelum stres itu memicu kejadian akut, seperti serangan jantung.
Kortisol selama ini dianggap sebagai hormon stres. Sekresi hormon ini meningkat selama sesorang mengalami stres. Biasanya, kadar kortisol ini diukur di dalam serum, urin dan air liur, namun itu hanya menunjukkan tingkat stres pada saat pengukuran, dan sifatnya tidak jangka panjang. Kortisol juga terpantau berada di dalam batang rambut.
"Secara intuitif kami tahu stres tidak baik bagi Anda, tapi bukan hal mudah untuk mengukurnya," jelas Dr. Koren, yang juga pengajar di Western's Schulich School of Medicine & Dentistry. Hasil studi ini dipublikasikan secara on-line di jurnal Stress.
"Kami tahu bahwa rata-rata rambut tumbuh sepanjang satu sentimeter (cm) setiap bulan, dan kami mengambil sampel rambut sepanjang enam sentimeter, dan kami menentukan tingkat stres selama enam bulan dengan mengukur kadar kortisol dalam rambut," jelasnya.
Dalam studi itu, sampel rambut sepanjang 3 cm dikumpulkan dari 56 pria dewasa yang dirawat di Meir Medical Centre di Kfar-Saba, Israel, karena menderita serangan jantung. Sementara kelompok kontrol, yang terdiri atas 56 pasien pria yang dirawat di rumah sakit karena penyakit selain serangan jantung, juga diminta untuk memberikan sampel rambut mereka. Tingginya kadar kortisol rambut yang sesuai dengan tiga bulan sebelumnya, ditemukan pada pasien serangan jantung dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Prevalensi diabetes, hipertensi, merokok dan riwayat keluarga penyakit jantung koroner tidak berbeda secara signifikan antara kedua kelompok itu, meskipun kelompok serangan jantung punya masalah kolesterol lebih banyak. Setelah mempertimbangkan faktor-faktor risiko yang dikenal, kandungan kortisol rambut muncul sebagai prediktor terkuat terhadap terjadinya serangan jantung.
"Stres merupakan bagian dari kehidupan modern yang mempengaruhi banyak aspek kesehatan dan kehidupan," kata Dr Koren. "Studi ini memiliki implikasi untuk penelitian dan latihan, karena stres dapat dikelola dengan perubahan gaya hidup dan psikoterapi."
Penelitian ini didukung oleh Physician Services Inc. dan Canadian Institutes of Health Research.
Sumber
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar