Kamis, 20 September 2012

Prisia Nasution Tidak Deg Degan Telanjang Bulat dan Beradegan Seks Dalam Film Sang Penari


 Prisia Nasution mengaku tak masalah harus beradegan ciuman dan telanjang di Sang Penari, jika dituntut untuk melakukannya.

Dia mau melakukannya lantaran kontrak dan sesuai dengan tokoh Srintil dalam film tersebut.
“Adegan-adegan love scene itu sudah bagian kontrak di awal, aku enggak deg-degan untuk telanjang. Aku akan lakukan semua, karena ini yang dilakukan Srintil,” papar Prisia saat ditemui di Bioskop XXI, FX, Jakarta Pusat, Rabu (2/11/2011).
Sebelum memerankan tokoh Srintil, Prisia sudah siap beradegan syur. Dia juga menghitamkan kulit, dan mengecilkan badan.

“Diskusi soal pembentukan Srintil dari Ifa Isfansyah (sutradara) itu melepaskan aku. Aku enggak mau terlalu gemuk, karena Srintil itu tinggal di desa yang kurang gizi, tapi harus boyor juga karena sebagai penari. Kalau kulit hitam itu wajib,” bebernya.
Sebagai pemain film, Prisia memang senang menerima tantangan baru. Dia pun tak segan menerima tawaran bermain film apapun bila hal itu sesuatu yang baru.

“Aku ketika menerima peran apapun itu yang dikasih akan aku lahap. Kendala sudah enggak ada. Alhamdulillah proses syuting mendukung, semuanya benar-benar organik,” tandasnya.
Artis yang mulai naik daun, Prisia Nasution, menjajal dunia peran di film pertamanya dengan menjadi ronggeng. Film berjudul Sang Penari itu pun mengharuskan Prisia banyak beradegan ‘ranjang’.
“Adegan-adegan love scene itu sudah bagian kontrak di awal. Aku enggak deg-degan untuk telanjang,” ujar Prisia Nasution, di Jakarta, Rabu, 2 November 2011.

Pia, sapaan akrab Prisia, menjelaskan keinginannya untuk memberikan yang terbaik pada film yang mulai tayang 10 November tersebut. “Aku akan lakukan semua karena ini yang lakukan itu Srintil. Kalau pas cut (usai adegan), itu Pia,” jelasnya.

Untuk menjadi seorang penari ronggeng, Pia pun harus belajar berbulan-bulan. “Aku enggak ada basic nari sama sekali sebelumnya. Belajar nari lima sampai enam bulan. Jadi kalau di script aku emosional banget, aku mau nunjukkin ke orang-orang kalau aku bisa nari,” ungkap pemilik nama asli Prisia Wulandari Nasution tersebut.
Perempuan kelahiran 1 Juni 1984 ini mengaku tak sengaja masuk ke dunia hiburan. Sebab, sebelumnya Pia adalah seorang atlet. “Basicnya silat, pulang latihan (silat), dan ditawarin jadi model catwalk. Terus enggak sengaja aku ke sanggar Teater Populer untuk film Sang Penari itu,” katanya.
Pia menekuni silat tak main-main. Buktinya, dia pernah mengikuti kejuaraan nasional. Namun, Pia harus berhenti sejenak karena kesibukan di dunia hiburan ini. “Enggak ada waktunya,” pungkas Pia.
Prisia Nasution (27) mengaku tak deg-degan ketika dirinya akan beradegan ranjang dan telanjang dalam film Sang Penari.
Sang Penari merupakan film drama yang mengangkat isi novel trilogi Ronggeng Dukuh Paruk, karya Ahmad Tohari. Film drama tersebut ber-setting pertengahan 196, ketika terjadi pergolakan politik di Indonesia, di tempat berupa sebuah kampung miskin bernama Dukuh Paruk di wilayah Banyumas (Jawa Tengah), serta budaya setempat, khususnya tayub dan ronggeng.

Prisia, yang menyebut dirinya Pia, memainkan karakter utama dalam cerita itu, penari ronggeng bernama Srintil. Dalam memerankan Srintil, ia diharuskan beradegan ranjang dan telanjang, walaupun adegan tersebut dikemas oleh sang sutradara, Ifa Isfansyah, sehingga tak terlihat vulgar. Adegan itu tak hanya sekali harus dilakukan oleh Pia, karena sebagai Srintil tubuhnya seolah menjadi milik semua lelaki di Dukuh Paruk, tempat tinggalnya.

“Adegan-adegan love scene itu sudah jadi bagian dari kontrak di awal. Aku enggak deg-degan untuk telanjang. Aku akan lakukan semua, karena yang lakukan itu Srintil. Aku memainkan karakter Srintil. Kalau pas cut (pengambilan gambar adegan itu selesai), aku jadi Pia (dirinya sendiri) lagi,” papar pemilik nama lengkap Prisia Wulandari Nasution ini ketika diwawancara dalam acara promosi film Sang Penari di Plaza fX, Jakarta Pusat, Rabu (2/11/2011).
Untuk perannya tersebut, Pia menguruskan badannya. “Aku enggak mau terlalu gemuk, karena Srintil itu tinggal di desa yang kurang gizi. Tapi, harus boyor juga, karena sebagai penari. Kalau kulit hitam, itu wajib,” jelasnya.

Sang Penari dibintangi pula oleh Oka Antara, Slamet Rahardjo, Tio Pakusadewo, Dewi Irawan, dan Lukman Sardi. Skenario adaptasinya dibuat oleh Salman Aristo, Shanty Harmayn, dan Ahmad Tohari.

Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar