Senin, 17 September 2012

Ragu saat Menikah Gejala Awal Perceraian?

BEBERAPA calon pengantin dilanda keraguan sesaat sebelum melangsungkan pernikahan. Bagi sebagian orang, keraguan itu merupakan hal yang normal. Namun bagi Justin Lavner, seorang kandidat doktor dalam psikologi, keragu-raguan itu dapat menjadi gejala perceraian setelah pernikahan.

Sebuah penelitian di Los Angeles, Amerika Serikat, kemudian melibatkan 464 pasangan pengantin baru untuk mengetahui hubungan pernyataan tersebut. Penelitian berlangsung selama beberapa bulan sejak pernikahan mereka. Rata-rata, para suami berusia di atas 27 tahun. Sedangkan para istri berusia 25 tahun.

Di pertemuan pertama, peneliti menanyakan: Apakah mereka mengalami keragu-raguan sebelum menikah? Sebanyak 47 persen suami mengaku ragu-ragu sebelum menikah. Sementara 38 istri melaporkan perasaan yang sama. Beberapa wanita mengaku grogi sebelum menikah, yang bisa saja diartikan sebagai tanda ragu-ragu.

Dalam 36 persen pasangan, baik suami maupun istri yang melaporkan keraguan, enam persen di antara mereka bercerai empat tahun kemudian. Persentase itu naik 10 persen bila suami bila keraguan dimiliki suami. Sementara peningkatan angka perceraian 18 persen terjadi bila istri yang memiliki perasaan tersebut. Bila kedua pihak melaporkan keraguan, maka kemungkinan perceraian meningkat 20 persen.

Lavner mengatakan bahwa keraguan, lebih dari apa pun, yang menunjukkan umur panjang perkawinan. Tim mengidentifikasi beberapa faktor yang menjadi penyebab keragu-raguan itu yaitu hidup bersama sebelum menikah, jalan pertunangan yang sulit, serta latar belakang keluarga.

Para psikolog tidak menyarankan bahwa perempuan atau laki-laki terlibat dalam perasaan itu. Namun, sebaiknya mereka mendiskusikan perasaan tersebut sebelum berlanjut ke jenjang pernikahan.

"Apakah Anda pikir keraguan akan hilang bila Anda memiliki hipotek dan dua anak? Jangan mengandalkan itu," tambah Thomas Bradbury, co-penulis studi dan co-direktur UCLA.



Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar